FRANSISKA
INDAH CRISANTI_292010088
PENDIDIKAN
KARAKTER
- Pentingnya Pendidikan Karakter
v Hakikat
pendidikan karakter
Pendidikan karakter
memang sedang marak diperbincangkan didalam dunia pendidikan saat ini hampir
semua guru, mahasiswa dan dosen tidak terlepas untuk menanggapi hal tersebut. Dari
hasil diskusi, penjelasan dari dosen, dan membaca berbagai artikel memang rencana
pemerintah untuk membangun karakter bangsa ini sangat tepat mengingat banyaknya
realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti:
·
disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila
·
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu
dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila
·
bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
·
memudarnya kesadaran terhadap nilai nilai
budaya bangsa
·
ancaman disintegrasi bangsa
·
melemahnya kemandirian bangsa
Dalam Rencana Aksi Nasional
Pendidikan Karakter (2010) pendidikan
karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa
yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
Pendidikan karakter bukan sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan
salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
v Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Tujuan
pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Fungsi
Pendidikan karakter :
(1) mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik
(2) memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur
(3) meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia
Pendidikan
karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga,
satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
v Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Dalam rangka lebih
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi
18 nilai yang bersumber
dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
(1)
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)
Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,
(7) Mandiri, (8)Demokratis,
(9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan,
(11) Cinta Tanah Air,
(12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif,
(14) Cinta Damai, (15)
Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial,
(18) Tanggung Jawab
v Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter
didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu
manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural
dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
· Penerapan
Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar
Penerapan
pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan
ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat.
1.
Kegiatan pembelajaran
Penerapan
pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan
pendekatan kontekstual karena strategi tersebut dapat mengajak siswa
menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata
sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang
komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada
tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga). strategi
menggunakan pendekatan kontekstual tersebut dapat memberikan nurturant
effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir
terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2.
Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan
budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan
pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan,
pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Kegiatan rutin
contoh
kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah,
berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b.
Kegiatan spontan
Kegiatan
spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara
spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah
mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c.
Keteladanan
Keteladanan
merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan
sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain
Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi,
ramah, dan supel.
d.
Pengkondisian
Pengkondisian
berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik
demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan
menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih,
tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang
dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. Sedangkan pengkondisian
lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus
kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
3.
Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan
ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga
mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan
ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter
kepada siswa.
4.
Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan
ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah. rumah
(keluarga) dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. pelaksanaan pendidikan karakter
sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
akan sia-sia.
Setelah
saya membaca artikel penerapan tersebut saya yang nantinya akan menjadi seorang
guru memiliki gambaran mengenai pendidikan karakter yang dapat diajarkan pada
anak sekolah dasar dan yang tidak kalah penting pendidikan karakter dapat
terwujud dari panutan siswa yaitu seorang guru. Guru harus bisa menjadi teladan
bagi muridnya dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa.
Sumber :
Buku
Strategi Pembelajaran universitas kristen satya wacana (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari
2011)