FRANSISKA INDAH CRISANTI_292010088
LAPORAN HASIL OBSERVASI
SD N TEGALREJO 4
SALATIGA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 5 MATERI JARING-JARING KUBUS
A. Pembelajaran
Guru di Kelas
Guru merupakan kunci sentral atas keberhasilan
pembelajaran, sebagai guru yang akan mempengaruhi
kehidupan para murid.
Guru seolah – olah sedang memimpin
konser saat berada di ruang kelas. Guru
memahami
sekali bahwa setiap murid memiliki
karakter masing – masing, sebagai mana
alat musik seperti seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda.
Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam
belajar. Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala
sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh
mana Guru dapat
mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula
proses belajar berlangsung. ( Lozanov,
1978 ). Guru
harus dapat membawa siswa kedalam dunia yang akan mereka ajarkan serta antarkan
dunia kita kepada para siswa.
Proses
Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mengguankan sebuah urutan atau aturan yang sudah
dipersiapkan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru menetukan stategi
pembelajaran yang cocok untuk peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini
tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan Penelitian
di SD N Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga sudah
menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran serta model pembelajaran yang
cocok bagi peserta didik, karena pembelajaran dapat mengaktifkan siswa untuk
berpikir kritis, hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru
yaitu pendekatan induktif.
B. Pendekatan Pembelajaran
Dalam
pembelajaran di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga yang diterapkan pada
pembelajaran matematika dengan materi jaring – jaring kubus, guru kelas
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Induktif. Pendekatan
Induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil
pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan
berkali – kali akan membentuk sebuah pola
tertentu ( dari hal – hal khusus ke umum ). Pendekatan induktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin
banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.
Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme
dalam belajar. Selain
itu juga membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya
dalam penerapannya. Melalui pertanyaan – pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi
pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, di mana guru harus menjadi
pembimbing untuk membuat siswa berpikir.
Dalam
penerapan pendekatan induktif ini, guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, pertama
yang dilakukan dalam inti pembelajaran adalah
memberikan sebuah penejelasan tentang materi jaring – jaring kubus,
kemudian siswa harus membuktikan secara mandiri secara individu maupun kelompok
dengan melakukan percobaan dan observasi dengan membuat model – model jaring –
jaring kubus. Guru sebelumnya sudah menyiapkan potongan – potongan karton kecil
– kecil untuk dibagikan pada siswa sebagai bahan untuk membuat jaring – jaring
kubus. Dengan demikian siswa dapat mengonstruksikan pemikirannya untuk terus
menggali semua pengetahuan dengan keterampilan membuat jaring – jaring, selain
itu secara langsung akan sedikit demi sedikit akan terbentuk life skill anak
yang mandiri dalam memecahkan permasalahan tanpa rasa takut akan kegagalan.
Dengan percobaan secara langsung maka akan timbul rasa percaya diri pada anak
dan akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, karena pada dasarnya anak
usia sekolah dasar sangat cocok dengan pembelajaran secara konkret.
C. Model Pembelajaran
Model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi jaring –
jaring kubus yang digunakan oleh guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga adalah
dengan mengguankan model pembelajaran Pair Checks. Guru membentuk kelompok
sepasang sebangku, kemudian memberikan tugas membuat jaring-jaring kubus dengan
menggunakan potongan karton kecil – kecil. Model Pair Checks ini, siswa
dintuntut untuk bekerjasama untuk menghasilkan sebuah pemikiran seperti
menentukan jaring – jaring kubus. Pair checks ( pasangan mengecek ) adalah model
pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen
tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut
kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam penerapan model pair checks dalam
pembelajaran matematika tentang jaring – jaring kubus di kelas 5 SD Tegalrejo 4
Salatiga guru menggunakan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1). Guru menentukan dan menjelaskan konsep
permasalahan ( konsep tentang jaring – jaring kubus)
2).
Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim
berpasangan, setiap pasang berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan membuat jaring – jaring kubus dari potongan
kardus.
2).
Pelatih Mengecek
Setiap partner didalam
kelompok saling membantu dalam menegrjakan tugasnya dalam membuat jaring –
jaring kubus, setelah yakin dengan
hasilnya, salah satu patner maju kedepan untuk melihatkan jaring – jaring kubus
pada semua temannya. Di sinilah tugas guru untuk mengecek jawaban siswa, jika
jaring – jaring kubus yang dibuat benar, jaring – jaring kubus di tempel di
depan, tapi jika salah siswa kembali harus memperbaiki sampai menemukan bentuk
jaring – jaring yang dapat dibentuk menjadi kubus.
3).
Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran,
maksudnya siswa bergantian ketika maju. Jadi jika salah satu pasangan maju pada
kegiatan pertama, maka pasangan yang satunya maju pada kegiatan kedua. Banyak
kegiatan yang dilakukan tergantung dari setiap guru.
4).
Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali
bersama dan membandingkan jawaban.Jadi saat salah satu pasangan dari tim lain
maju, maka pasangan tim lainnya mengecek bersama – sama, apakah jaring – jaring
yang diperlihatkan bisa dibentuk sebuah kubus.
5).
Penegasan Guru
Guru
mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep. Ketika pasangan tim lain memeberikan
komentar pada tim yang maju guru harus meberikan penegasan kemabali atas
jawaban siswa.
Setelah
kami melakukan penelitian terhadap cara pengajaran guru kelas 5 SD Tegalrejo 4
Salatiga, bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bisa diterima
dengan baik oleh siswa, karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang
dilakukan dari awal sampai akhir. Ada kelebihan dan kekurangan model pair
checks yang diterapkan pada pembelajaran di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga.
Kelebihannya pembelajaran menjadi aktif, siswa sangat antusias untuk maju kedepan
untuk menunjukan hasil karyanya ( jaring – jaring kubus ). Setiap siswa sangat antusias untuk mengikuti
setiap instruksi guru, setiap siswa mencoba untuk membuat bentuk – bentuk
jaring – jaring kubus, semua siswa aktif saling bekerjasama dalam kelompok.
Kekurangannya membutuhkan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi, bagi anak usia
sekolah dasar pemikiran dan konsentrasi yang tinggi sulit untuk dilakukan.
Selain itu ada sedikit masalah ketika akhir dari pembelajaran, guru akan
memberikan penugasan akhir untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyerap
materi yang telah diajarkan, guru memberikan lima buah soal yang ditampilkan
pada LCD karena lampu mati akhirnya sisw diberikan tugas untuk menggambar lima
buah jaring- jaring yang bisa dibuat menjadi kubus sesuai daya ingat mereka.
Pembelajaran tetap dapat berjalan lancar, karena dari awal siswa sudah tertarik
dan sangat antusias untuk mengikuti seluruh jalannya kegiatan pembelajaran.
D. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
praktikum, dan penugasan. Metode yang dipilih juga sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena merupakan salah satu komunikasi atau
pentransferan ilmu baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, maupun siswa ke
siswa. Dengan metode akan terjadi pertukaran pemikiran yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai cara atau solusi dari pemecahan masalahan yang sedang
dihadapi. Dengan metode ceramah, siswa dapat menerima informasi secara langsung
dari narasumber yang bisa dipercaya ( guru ), dengan metode diskusi, siswa
dapat saling bertukar informasi, serta dapat menumbuhkan kerjasama yang baik.
Di dalam ceramah pasti akan terjadi tanya jawab, dengan tanya jawab, siswa
dapat bertanya materi apa yang belum dipahami, dan guru memberikan jawaban. Untuk
memecahkan permasalahan tentang bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, siswa melakukan praktikum dengan
membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, dengan bimbingan guru ( inkuari
terbimbing / penemuan terbimbing ). Selain itu menjadi hal yang sangat penting
yaitu penugasan, setelah akhir praktikum siswa diberikan tugas untuk menulis
kembali bentuk – bentuk jaring – jaring kubus yang telah ditemukan didalam buku
catatan dengan menggunakan penggaris. Setelah itu dinilai, sehingga guru dapat
mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi, serta siswa
pun juga dapat megetahuai sejauh mana kemampuan pada dirinya.
E. Peningkatan Life Skill
Dalam
pembelajaran matematika yang dialakukan oleh guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4
Salatiga, ini sangat menarik karena anak dituntut untuk bisa menggunakan
seluruk pengetahuan serta kemampuannya dalam memcahkan masalah. Guru memberikan
permasalahan dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk bisa menemukan
bentuk jaring – jaring kubus sebanyak yang bisa mereka temukan. Hal ini dapat
dapat dikatakan meningkatan life skill anak, karena secara mandiri dengan
pengawasan serta bimbingan guru anak bisa memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Mereka juga tidak menyerah sampai gurulah yang harus menentukan batas
waktu dalam pemecahan masalah tersebut. Setelah waktu yang ditentukan sudah
selesai peserta didik dengan luar biasa dapat menemukan sebelas bentuk jaring –
jaring kubus dengan bentuk yang berbeda. Tetapi untuk membuktikan bahwa peserta
didik ini benar – benar sudah mengetahui dan paham akan bentuk – bentuk jaring
– jaring kubus, guru terus memancing anak untuk menemukan lagi bentuk lain
jaring – jaring kubus yang belum ditemukan. Anak – anak pun masih sangat
antusias dan mencoba dan terus mencoba untuk menemukan lagi. Hal ini juga dapat
membuktikan bahwa peserta didik tidak cepat menyerah serta tidak cepat puas
terhadap hasil yang mereka capai,mereka akan terus beruasaha sampai benar –
benar yakin akan hasil yang mereka mau. Ini sanagat baik ketika anak
mengahadapi masalah diluar permasalahan pelajaran, anak diharapkan pula untuk
jangan cepat menyerah dan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.