Sabtu, 14 April 2012

Tugas Ahkir Strategi Pembelajaran


FRANSISKA INDAH CRISANTI_292010088

LAPORAN HASIL OBSERVASI
SD N TEGALREJO 4 SALATIGA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 5 MATERI JARING-JARING KUBUS



A.    Pembelajaran Guru di Kelas
Guru merupakan kunci sentral atas keberhasilan pembelajaran, sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan para murid. Guru seolah – olah sedang memimpin konser saat berada di ruang kelas. Guru memahami sekali bahwa setiap murid  memiliki karakter masing – masing, sebagai mana alat musik seperti seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar. Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana Guru dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. ( Lozanov, 1978 ). Guru harus dapat membawa siswa kedalam dunia yang akan mereka ajarkan serta antarkan dunia kita kepada para siswa.
Proses Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mengguankan sebuah urutan atau aturan yang sudah dipersiapkan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru menetukan stategi pembelajaran yang cocok untuk peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan Penelitian di SD N Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga sudah menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran serta model pembelajaran yang cocok bagi peserta didik, karena pembelajaran dapat mengaktifkan siswa untuk berpikir kritis, hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru yaitu pendekatan induktif. 
B.     Pendekatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga yang diterapkan pada pembelajaran matematika dengan materi jaring – jaring kubus, guru kelas menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Induktif. Pendekatan Induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali – kali akan membentuk sebuah pola tertentu ( dari hal – hal khusus ke umum ). Pendekatan induktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Selain itu juga membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya dalam penerapannya. Melalui pertanyaan – pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, di mana guru harus menjadi pembimbing untuk membuat siswa berpikir.
Dalam penerapan pendekatan induktif ini, guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, pertama yang dilakukan dalam inti pembelajaran adalah  memberikan sebuah penejelasan tentang materi jaring – jaring kubus, kemudian siswa harus membuktikan secara mandiri secara individu maupun kelompok dengan melakukan percobaan dan observasi dengan membuat model – model jaring – jaring kubus. Guru sebelumnya sudah menyiapkan potongan – potongan karton kecil – kecil untuk dibagikan pada siswa sebagai bahan untuk membuat jaring – jaring kubus. Dengan demikian siswa dapat mengonstruksikan pemikirannya untuk terus menggali semua pengetahuan dengan keterampilan membuat jaring – jaring, selain itu secara langsung akan sedikit demi sedikit akan terbentuk life skill anak yang mandiri dalam memecahkan permasalahan tanpa rasa takut akan kegagalan. Dengan percobaan secara langsung maka akan timbul rasa percaya diri pada anak dan akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, karena pada dasarnya anak usia sekolah dasar sangat cocok dengan pembelajaran secara konkret. 
C.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi jaring – jaring kubus yang digunakan oleh guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga adalah dengan mengguankan model pembelajaran Pair Checks. Guru membentuk kelompok sepasang sebangku, kemudian memberikan tugas membuat jaring-jaring kubus dengan menggunakan potongan karton kecil – kecil. Model Pair Checks ini, siswa dintuntut untuk bekerjasama untuk menghasilkan sebuah pemikiran seperti menentukan jaring – jaring kubus. Pair checks ( pasangan mengecek ) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam penerapan model pair checks dalam pembelajaran matematika tentang jaring – jaring kubus di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga guru menggunakan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1). Guru menentukan dan menjelaskan konsep permasalahan ( konsep tentang jaring – jaring kubus)        
2). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan, setiap pasang berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan   membuat jaring – jaring kubus dari potongan kardus.
2). Pelatih Mengecek
Setiap partner didalam kelompok saling membantu dalam menegrjakan tugasnya dalam membuat jaring – jaring kubus,  setelah yakin dengan hasilnya, salah satu patner maju kedepan untuk melihatkan jaring – jaring kubus pada semua temannya. Di sinilah tugas guru untuk mengecek jawaban siswa, jika jaring – jaring kubus yang dibuat benar, jaring – jaring kubus di tempel di depan, tapi jika salah siswa kembali harus memperbaiki sampai menemukan bentuk jaring – jaring yang dapat dibentuk menjadi kubus.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran, maksudnya siswa bergantian ketika maju. Jadi jika salah satu pasangan maju pada kegiatan pertama, maka pasangan yang satunya maju pada kegiatan kedua. Banyak kegiatan yang dilakukan tergantung dari setiap guru.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.Jadi saat salah satu pasangan dari tim lain maju, maka pasangan tim lainnya mengecek bersama – sama, apakah jaring – jaring yang diperlihatkan bisa dibentuk sebuah kubus.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep. Ketika pasangan tim lain memeberikan komentar pada tim yang maju guru harus meberikan penegasan kemabali atas jawaban siswa.
Setelah kami melakukan penelitian terhadap cara pengajaran guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bisa diterima dengan baik oleh siswa, karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan dari awal sampai akhir. Ada kelebihan dan kekurangan model pair checks yang diterapkan pada pembelajaran di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga.
Kelebihannya pembelajaran menjadi aktif, siswa sangat antusias untuk maju kedepan untuk menunjukan hasil karyanya ( jaring – jaring kubus ).  Setiap siswa sangat antusias untuk mengikuti setiap instruksi guru, setiap siswa mencoba untuk membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, semua siswa aktif saling bekerjasama dalam kelompok.
Kekurangannya membutuhkan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi, bagi anak usia sekolah dasar pemikiran dan konsentrasi yang tinggi sulit untuk dilakukan. Selain itu ada sedikit masalah ketika akhir dari pembelajaran, guru akan memberikan penugasan akhir untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah diajarkan, guru memberikan lima buah soal yang ditampilkan pada LCD karena lampu mati akhirnya sisw diberikan tugas untuk menggambar lima buah jaring- jaring yang bisa dibuat menjadi kubus sesuai daya ingat mereka. Pembelajaran tetap dapat berjalan lancar, karena dari awal siswa sudah tertarik dan sangat antusias untuk mengikuti seluruh jalannya kegiatan pembelajaran.
D.    Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, praktikum, dan penugasan. Metode yang dipilih juga sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena merupakan salah satu komunikasi atau pentransferan ilmu baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, maupun siswa ke siswa. Dengan metode akan terjadi pertukaran pemikiran yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai cara atau solusi dari pemecahan masalahan yang sedang dihadapi. Dengan metode ceramah, siswa dapat menerima informasi secara langsung dari narasumber yang bisa dipercaya ( guru ), dengan metode diskusi, siswa dapat saling bertukar informasi, serta dapat menumbuhkan kerjasama yang baik. Di dalam ceramah pasti akan terjadi tanya jawab, dengan tanya jawab, siswa dapat bertanya materi apa yang belum dipahami, dan guru memberikan jawaban. Untuk memecahkan permasalahan tentang bentuk – bentuk jaring – jaring  kubus, siswa melakukan praktikum dengan membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, dengan bimbingan guru ( inkuari terbimbing / penemuan terbimbing ). Selain itu menjadi hal yang sangat penting yaitu penugasan, setelah akhir praktikum siswa diberikan tugas untuk menulis kembali bentuk – bentuk jaring – jaring kubus yang telah ditemukan didalam buku catatan dengan menggunakan penggaris. Setelah itu dinilai, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi, serta siswa pun juga dapat megetahuai sejauh mana kemampuan pada dirinya.
E.     Peningkatan Life Skill
Dalam pembelajaran matematika yang dialakukan oleh guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, ini sangat menarik karena anak dituntut untuk bisa menggunakan seluruk pengetahuan serta kemampuannya dalam memcahkan masalah. Guru memberikan permasalahan dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk bisa menemukan bentuk jaring – jaring kubus sebanyak yang bisa mereka temukan. Hal ini dapat dapat dikatakan meningkatan life skill anak, karena secara mandiri dengan pengawasan serta bimbingan guru anak bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi. Mereka juga tidak menyerah sampai gurulah yang harus menentukan batas waktu dalam pemecahan masalah tersebut. Setelah waktu yang ditentukan sudah selesai peserta didik dengan luar biasa dapat menemukan sebelas bentuk jaring – jaring kubus dengan bentuk yang berbeda. Tetapi untuk membuktikan bahwa peserta didik ini benar – benar sudah mengetahui dan paham akan bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, guru terus memancing anak untuk menemukan lagi bentuk lain jaring – jaring kubus yang belum ditemukan. Anak – anak pun masih sangat antusias dan mencoba dan terus mencoba untuk menemukan lagi. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa peserta didik tidak cepat menyerah serta tidak cepat puas terhadap hasil yang mereka capai,mereka akan terus beruasaha sampai benar – benar yakin akan hasil yang mereka mau. Ini sanagat baik ketika anak mengahadapi masalah diluar permasalahan pelajaran, anak diharapkan pula untuk jangan cepat menyerah dan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.  








Minggu, 25 Maret 2012

PENDIDIKAN KARAKTER


                                                                                FRANSISKA INDAH CRISANTI_292010088


PENDIDIKAN KARAKTER
  •      Pentingnya Pendidikan Karakter


v  Hakikat pendidikan karakter
Pendidikan karakter memang sedang marak diperbincangkan didalam dunia pendidikan saat ini hampir semua guru, mahasiswa dan dosen tidak terlepas untuk menanggapi hal tersebut. Dari hasil diskusi, penjelasan dari dosen, dan membaca berbagai artikel memang rencana pemerintah untuk membangun karakter bangsa ini sangat tepat mengingat banyaknya realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti:
·      disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila
·      keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila
·      bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
·      memudarnya kesadaran terhadap nilai nilai budaya bangsa
·      ancaman disintegrasi bangsa
·      melemahnya kemandirian bangsa
Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010)  pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).

v Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Fungsi Pendidikan karakter :
(1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik
(2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
(3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

v Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi
18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
(1)   Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,
(7) Mandiri, (8)Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan,
(11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif,
(14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial,
(18) Tanggung Jawab

v Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan sebagai berikut :
·      Penerapan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar
Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
1. Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual karena strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga). strategi menggunakan pendekatan kontekstual tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan rutin
contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel.
d. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
3. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
4. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah. rumah (keluarga) dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia.

Setelah saya membaca artikel penerapan tersebut saya yang nantinya akan menjadi seorang guru memiliki gambaran mengenai pendidikan karakter yang dapat diajarkan pada anak sekolah dasar dan yang tidak kalah penting pendidikan karakter dapat terwujud dari panutan siswa yaitu seorang guru. Guru harus bisa menjadi teladan bagi muridnya dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa.

                Sumber : 
                Buku Strategi Pembelajaran universitas kristen satya wacana (Pedoman Pelaksanaan      Pendidikan Karakter, Puskurbuk, Januari 2011)


Jumat, 23 Maret 2012

Model Pembelajaran


Fransiska Indah Crisanti _292010088


Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)

Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.      Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3.      Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4.      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
5.      Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6.      Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
7.       Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa.
8.      Kesimpulan/penutup.

Kelebihan model make a match adalah sebagai berikut:
  • dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;
  • karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan;
  • meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;
  • mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
  • materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa  sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

Kekurangan Model Make a Match
  • Suasana belajarnya akan sangat riuh
  • diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
  • waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
  • guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai
Pada penerapan model make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa model make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan model make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Sumber :

Rabu, 14 Maret 2012

RPP (Tugas Individu)

                                                                      Fransiska Indah Crisanti_292010088_RS10C

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah               :
Mata Pelajaran               :    Matematika
Kelas  Semester             :    IV / I
Alokasi Waktu               :    2 jam pelajaran @ 35 menit
                                           Pertemuan Minggu ke- 1 ( 1 minggu )
_________________________________________________________________________
1.    Standar Kompetensi
Menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
2.    Kompetensi Dasar
1.1     Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat

3.    Indikator
·      Siswa mampu menyebutkan sudut lancip, tumpul dan siku-siku dari bangun datar dan bangun sekitar
·      Siswa mampu menggambar jenis-jenis sudut
·      Siswa mampu mengukur besar sudut
·      Siswa mampu membandingkan besar dua sudut

4.    Tujuan Pembelajaran
·      Setelah mendengarkan penjelasan dari guru siswa mampu menyebutkan sudut lancip, tumpul dan siku-siku dari bangun datar dan bangun sekitar dengan benar
·      Setelah mendengarkan penjelasan dari guru siswa mampu menggambar jenis-jenis sudut dengan benar
·      Setelah melakukan percobaan siswa mampu mengukur besar sudut dengan benar
·      Setelah melakukan diskusi siswa mampu membandingkan besar dua sudut dengan benar

5.    Metode Pembelajaran
Percobaan, Diskusi dan Latihan

6.    Pendekatan Pembelajaran
·      Inkuari ( mencari tahu ) melalui penemuan terbimbing.
7.    Model Pembelajaran
·            Kontekstual
Siswa dapat mendapat pengalaman langsung dengan melakukan percobaan.
8.    Strategi Pembelajaran
·      Deduktif
Pembelajaran deduktif penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin. Kesimpulan yang sudah ada kemudian dibuktikan melalui pengamatan (beranjak dari umum ke khusus).

9.    Teknik Pembelajaran
·      Setelah guru menjelaskan pokok-pokok materi guru meminta siswa untuk menggambar jenis-jenis sudut dengan menggunakan busur dan penggaris
·      Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku
·      Siswa mempersiapkan alat-alat seperti busur, penggaris segitiga
·  Siswa melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap beberapa gambar sudut yang dibagikan oleh guru
·      Setelah siswa melakukan pengamatan dan pengukuran hasilnya dipresentasikan dan dipajang didepan kelas
·    Jika ada hasil diskusi yang kurang benar dalam pengukuran guru dapat menunjuk siswa lain yang yang hasil pengukurannya benar

10.    Taktik Pembelajaran
·      Guru membimbing, mengawasi setiap kelompok
·      Guru mengkondisikan suasana yang menyenangkan
11.    Materi Ajar

A. Pengukuran Sudut
Ingatkah kamu, apa yang dimaksud dengan sudut? Mari kita perhatikan gambar bagian-bagian dari benda di bawah ini. 
Sudut-sudut tersebut dapat kita gambarkan sebagai pertemuan dua garis lurus. Mari kita tuliskan pengertian sudut bersama-sama.

 
 Sudut adalah daerah yang dibatasi oleh dua sinar (garis lurus). 
Contoh:
Jenis-jenis Sudut
            1. Sudut siku-siku, adalah jika kedua sinar garis membentuk sudut 90°.


2. Sudut lancip adalah jika kedua sinar garis membentuk sudut kurang dari 90 ° dan lebih dari 0°
3. Sudut tumpul adalah jika kedua sinar garis membentuk sudut lebih dari 90° dan kurang dari 180°.
1. Membandingkan Besar Dua Sudut
Jika diketahui dua buah sudut, bagaimana cara mengetahui sudut yang lebih besar atau lebih kecil? Mari kita lakukan kegiatan bermain dan belajar berikut ini.
                  Info Kita
Tanda menyatakan besarnya sudut yang dimaksud

       Ayo Bermain

             a.Gambarkan dua sudut yang berbeda berikut ini pada kertas kosong






            b. Potonglah kedua gambar sudut tersebut.c. Himpitkan kedua sudut tersebut dengan salah satu garis saling menempel. Perhatikan gambar berikut ini.









           d. Apa yang dapat kamu simpulkan? Diskusikan dengan kawanmu dan sampaikan pendapat kalian kepada Bapak/ Ibu Guru.
             Nah kawan, dari kegiatan ayo bermain di atas, kamu telah belajar membandingkan dua buah sudut. Dari gambar terakhir, dapat kita simpulkan bahwa sudut B lebih besar daripada sudut A
atau sudut A lebih kecil daripada sudut B. Sekarang, mari kita tuliskan langkah-langkah membandingkan        besar dua buah sudut.
             a. Jiplaklah gambar sudut yang akan dibandingkan pada kertas kosong.
             b. Guntinglah gambar jiplakan tersebut.
             c. Bandingkan gambar jiplakan tersebut dengan menghimpitkan salah satu sisi (garis) dan titik sudut.
             d. Sudut yang di dalam adalah sudut yang lebih kecil.

2. Mengukur Besar Sudut
Setelah dapat membandingkan dua sudut, mari kita mengukur besar sudut dengan sudut satuan maupun dengan busur derajat.

a. Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Tak Baku
Pengukuran sudut dengan satuan tak baku dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan sudut satuan. Apakah yang dimaksud sudut satuan? Bagaimana bentuknya? mari kita selidiki dalam kegiatan ayo bermain berikut.

Ayo Bermain
1. Gambarkan sebuah lingkaran pada selembar kertas putih.
2. Bagilah lingkaran tersebut menjadi 8 bagian yang sama besar, kemudian potonglah satu bagian.


3. Satu bagian dari lingkaran digunakan sebagai alat ukur.
4. Ukurlah sudut-sudut di bawah ini dengan sudut yang kamu buat dari potongan lingkaran di atas.
Ternyata kita bisa mengukur besar suatu sudut dengan sudut lain yang telah kita buat sebelumnya. Sudut yang kamu buat dan kamu gunakan untuk mengukur sudut yang lain dapat disebut sebagai sudut satuan.
Mari kita cocokkan hasil pekerjaanmu dari kegiatan ayo bermain di atas.

 

Besar sudut A = 1 sudut satuan
Besar sudut B = 2 sudut satuan
Besar sudut C = 3 sudut satuan
Besar sudut D = 4 sudut satuan
Besar sudut E = 5 sudut satuan

b. Mengukur Besar Sudut dengan Satuan Baku
Untuk mengukur sudut yang baku, digunakan busur derajat. Pernahkah kamu menggunakan busur derajat? Mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
                Bagaimana cara mengukur sudut dengan busur derajat? Mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
  Besar sudut A adalah 60°
12Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1

§  Kegiatan awal
-     Apresepsi/ Motivasi
-     Mendengarkan cerita lucu yang berhubungan dengan sudut

§    Kegiatan Inti
§  Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
ü Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang sudut
ü Guru menjelaskan tentang jenis-jenis sudut

§  Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
ü  Guru membagikan gambar-gambar sudut yang harus diukur oleh siswa dalam kelompok/teman sebangku
ü Siswa melakukan percobaan dengan menggunakan media segi tiga dan busur derajat, pengukuran, pengamatan, analisis dan diskusi untuk dapat menentukan jenis sudut (lancip, tumpul dan siku-siku) dan besarnya sudut
ü Guru membimbing siswa dalam pengamatan menentukan jenis sudut dan mengukur besarnya sudut
ü Siswa mempresentasikan dan memajang hasil pengukurannya
ü Hasil pengukuran dan pengamatan siswa yang dipajang kemudian disalin dibuku catatan masing-masing siswa untuk dinilai oleh guru

§  Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi:
ü Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
ü Guru bersama siswa menarik kesimpulan mengenai pengukuran sudut yang telah dipelajari
ü Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dalam materi pengukuran sudut

§  Kegiatan Penutup
     Dalam kegiatan penutup:
·       Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan kuis kecil yang dikerjakan individu
·   Guru memberikan  pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

13.    Alat dan sumber belajar
a.     Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 4 .
b.    Segi tiga
c.     Busur

14.    Instrumen Penilaian
·       Bentuk penilaian : Tes kecil dan non tes
Penilaian dalam bentuk non tes : diperoleh dari catatan siswa menggambar bentuk-bentuk sudut.
Penilaian dalam bentuk tes kecil   : diberikan setelah pembelajaran dan diskusi selesai untuk mengukur hasil yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung.



Lembar Soal
KUIS
NAMA SISWA     :
NOMOR                 :

A.     Bandingkan sudut-sudut di bawah ini.


B.     Ukurlah sudut-sudut di bawah ini dengan busur derajat.

Kunci jawaban
A
1. sudut A lebih besar dari sudut B
2. sudut C lebih kecil dari sudut B
3. sudut D lebih besar dari sudut F
4. sudut G lebih besar dari sudut H
5. sudut I dan J sama besar
B
1.   120°              6. 90°  

2.  90°                7. 60°  

3.   65°                8. 155°  

4.  120°                 9.  65°  

5.   165°               10. 180°  

Untuk A  setiap nomor memiliki skor 2 sehingga 2×5= 10
Untuk B setiap nomor memiliki skor 1 sehingga 1×10=10

 

Nilai :A+B:2×100


Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
                                                                                        ............, ......................20 ...
        Mengetahui                                                                               
        Kepala Sekolah                                                      Guru Mata Pelajaran


..................................                                                      ..................................
NIP :                                                                               NIP :