Sabtu, 14 April 2012

Tugas Ahkir Strategi Pembelajaran


FRANSISKA INDAH CRISANTI_292010088

LAPORAN HASIL OBSERVASI
SD N TEGALREJO 4 SALATIGA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 5 MATERI JARING-JARING KUBUS



A.    Pembelajaran Guru di Kelas
Guru merupakan kunci sentral atas keberhasilan pembelajaran, sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan para murid. Guru seolah – olah sedang memimpin konser saat berada di ruang kelas. Guru memahami sekali bahwa setiap murid  memiliki karakter masing – masing, sebagai mana alat musik seperti seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar. Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana Guru dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. ( Lozanov, 1978 ). Guru harus dapat membawa siswa kedalam dunia yang akan mereka ajarkan serta antarkan dunia kita kepada para siswa.
Proses Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mengguankan sebuah urutan atau aturan yang sudah dipersiapkan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru menetukan stategi pembelajaran yang cocok untuk peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan Penelitian di SD N Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga sudah menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran serta model pembelajaran yang cocok bagi peserta didik, karena pembelajaran dapat mengaktifkan siswa untuk berpikir kritis, hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru yaitu pendekatan induktif. 
B.     Pendekatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga yang diterapkan pada pembelajaran matematika dengan materi jaring – jaring kubus, guru kelas menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Induktif. Pendekatan Induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali – kali akan membentuk sebuah pola tertentu ( dari hal – hal khusus ke umum ). Pendekatan induktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Selain itu juga membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya dalam penerapannya. Melalui pertanyaan – pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, di mana guru harus menjadi pembimbing untuk membuat siswa berpikir.
Dalam penerapan pendekatan induktif ini, guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, pertama yang dilakukan dalam inti pembelajaran adalah  memberikan sebuah penejelasan tentang materi jaring – jaring kubus, kemudian siswa harus membuktikan secara mandiri secara individu maupun kelompok dengan melakukan percobaan dan observasi dengan membuat model – model jaring – jaring kubus. Guru sebelumnya sudah menyiapkan potongan – potongan karton kecil – kecil untuk dibagikan pada siswa sebagai bahan untuk membuat jaring – jaring kubus. Dengan demikian siswa dapat mengonstruksikan pemikirannya untuk terus menggali semua pengetahuan dengan keterampilan membuat jaring – jaring, selain itu secara langsung akan sedikit demi sedikit akan terbentuk life skill anak yang mandiri dalam memecahkan permasalahan tanpa rasa takut akan kegagalan. Dengan percobaan secara langsung maka akan timbul rasa percaya diri pada anak dan akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, karena pada dasarnya anak usia sekolah dasar sangat cocok dengan pembelajaran secara konkret. 
C.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi jaring – jaring kubus yang digunakan oleh guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga adalah dengan mengguankan model pembelajaran Pair Checks. Guru membentuk kelompok sepasang sebangku, kemudian memberikan tugas membuat jaring-jaring kubus dengan menggunakan potongan karton kecil – kecil. Model Pair Checks ini, siswa dintuntut untuk bekerjasama untuk menghasilkan sebuah pemikiran seperti menentukan jaring – jaring kubus. Pair checks ( pasangan mengecek ) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam penerapan model pair checks dalam pembelajaran matematika tentang jaring – jaring kubus di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga guru menggunakan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1). Guru menentukan dan menjelaskan konsep permasalahan ( konsep tentang jaring – jaring kubus)        
2). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan, setiap pasang berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan   membuat jaring – jaring kubus dari potongan kardus.
2). Pelatih Mengecek
Setiap partner didalam kelompok saling membantu dalam menegrjakan tugasnya dalam membuat jaring – jaring kubus,  setelah yakin dengan hasilnya, salah satu patner maju kedepan untuk melihatkan jaring – jaring kubus pada semua temannya. Di sinilah tugas guru untuk mengecek jawaban siswa, jika jaring – jaring kubus yang dibuat benar, jaring – jaring kubus di tempel di depan, tapi jika salah siswa kembali harus memperbaiki sampai menemukan bentuk jaring – jaring yang dapat dibentuk menjadi kubus.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran, maksudnya siswa bergantian ketika maju. Jadi jika salah satu pasangan maju pada kegiatan pertama, maka pasangan yang satunya maju pada kegiatan kedua. Banyak kegiatan yang dilakukan tergantung dari setiap guru.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.Jadi saat salah satu pasangan dari tim lain maju, maka pasangan tim lainnya mengecek bersama – sama, apakah jaring – jaring yang diperlihatkan bisa dibentuk sebuah kubus.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep. Ketika pasangan tim lain memeberikan komentar pada tim yang maju guru harus meberikan penegasan kemabali atas jawaban siswa.
Setelah kami melakukan penelitian terhadap cara pengajaran guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bisa diterima dengan baik oleh siswa, karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan dari awal sampai akhir. Ada kelebihan dan kekurangan model pair checks yang diterapkan pada pembelajaran di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga.
Kelebihannya pembelajaran menjadi aktif, siswa sangat antusias untuk maju kedepan untuk menunjukan hasil karyanya ( jaring – jaring kubus ).  Setiap siswa sangat antusias untuk mengikuti setiap instruksi guru, setiap siswa mencoba untuk membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, semua siswa aktif saling bekerjasama dalam kelompok.
Kekurangannya membutuhkan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi, bagi anak usia sekolah dasar pemikiran dan konsentrasi yang tinggi sulit untuk dilakukan. Selain itu ada sedikit masalah ketika akhir dari pembelajaran, guru akan memberikan penugasan akhir untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah diajarkan, guru memberikan lima buah soal yang ditampilkan pada LCD karena lampu mati akhirnya sisw diberikan tugas untuk menggambar lima buah jaring- jaring yang bisa dibuat menjadi kubus sesuai daya ingat mereka. Pembelajaran tetap dapat berjalan lancar, karena dari awal siswa sudah tertarik dan sangat antusias untuk mengikuti seluruh jalannya kegiatan pembelajaran.
D.    Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, praktikum, dan penugasan. Metode yang dipilih juga sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena merupakan salah satu komunikasi atau pentransferan ilmu baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, maupun siswa ke siswa. Dengan metode akan terjadi pertukaran pemikiran yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai cara atau solusi dari pemecahan masalahan yang sedang dihadapi. Dengan metode ceramah, siswa dapat menerima informasi secara langsung dari narasumber yang bisa dipercaya ( guru ), dengan metode diskusi, siswa dapat saling bertukar informasi, serta dapat menumbuhkan kerjasama yang baik. Di dalam ceramah pasti akan terjadi tanya jawab, dengan tanya jawab, siswa dapat bertanya materi apa yang belum dipahami, dan guru memberikan jawaban. Untuk memecahkan permasalahan tentang bentuk – bentuk jaring – jaring  kubus, siswa melakukan praktikum dengan membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, dengan bimbingan guru ( inkuari terbimbing / penemuan terbimbing ). Selain itu menjadi hal yang sangat penting yaitu penugasan, setelah akhir praktikum siswa diberikan tugas untuk menulis kembali bentuk – bentuk jaring – jaring kubus yang telah ditemukan didalam buku catatan dengan menggunakan penggaris. Setelah itu dinilai, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi, serta siswa pun juga dapat megetahuai sejauh mana kemampuan pada dirinya.
E.     Peningkatan Life Skill
Dalam pembelajaran matematika yang dialakukan oleh guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, ini sangat menarik karena anak dituntut untuk bisa menggunakan seluruk pengetahuan serta kemampuannya dalam memcahkan masalah. Guru memberikan permasalahan dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk bisa menemukan bentuk jaring – jaring kubus sebanyak yang bisa mereka temukan. Hal ini dapat dapat dikatakan meningkatan life skill anak, karena secara mandiri dengan pengawasan serta bimbingan guru anak bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi. Mereka juga tidak menyerah sampai gurulah yang harus menentukan batas waktu dalam pemecahan masalah tersebut. Setelah waktu yang ditentukan sudah selesai peserta didik dengan luar biasa dapat menemukan sebelas bentuk jaring – jaring kubus dengan bentuk yang berbeda. Tetapi untuk membuktikan bahwa peserta didik ini benar – benar sudah mengetahui dan paham akan bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, guru terus memancing anak untuk menemukan lagi bentuk lain jaring – jaring kubus yang belum ditemukan. Anak – anak pun masih sangat antusias dan mencoba dan terus mencoba untuk menemukan lagi. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa peserta didik tidak cepat menyerah serta tidak cepat puas terhadap hasil yang mereka capai,mereka akan terus beruasaha sampai benar – benar yakin akan hasil yang mereka mau. Ini sanagat baik ketika anak mengahadapi masalah diluar permasalahan pelajaran, anak diharapkan pula untuk jangan cepat menyerah dan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.